Iskandar

 

Sepulang dari makan di warung Mbakyu di daerah Tebet, aku mampir di sebuah toko kecil penjual pulsa. Sebenarnya aku lupa kalau mau beli pulsa, tapi mendadak aku ingin berhenti, karena aku melihat ada sesosok yang sedang nongkrong di bakul pulsa. Dan rasanya aku memang pernah melihat pria yang lumayan setengah tua itu.

Begitu aku dekati, benar saja pria itu adalah Mas Is, pria yang biasa tampil menyanyi di BB’s Cafe Menteng, jika hari Jumat. –Hari Jumat malam Sabtu, adalah sesi Blues Night di kafe kawakan yang berlokasi persis belakang Hotel F1 sekarang itu–.

Pria gondrong, yang mulai dipenuhi uban itu, adalah Iskandar. Lelaki yang membawa musik Blues masuk ke Warung Apresiasi (Wapres) Bulungan, di setiap hari Senin malam Selasa.

Iskandar adalah penyanyi Blues dengan segudang pengalaman, dan hidup dari panggung ke panggung. Ia sering aku lihat di TVRI acara musik Blues Nite, bersama mantan personil Krakatau Doni Suhendra. Sejak masih tinggal di Surabaya, aku suka memperhatikannnya lelaki ini. Karena tampilannya yang apa adanya, tapi mengesankan. Dan keren lohhh kalau sudah nyanyi Blues. Dia bisa dibilang orang ndeso tapi nyanyi londo…..

Siang itu, Mas Is, nongkrong didepan counter pulsa, sambil ditemani secangkir kopi dan tangan yang mencengkeram seputung rokok Djie Sam Soe. Dalam bayanganku, Mas Is nampak memelas dan cukup tidak terawat. Perbincanganku dengannya cuma sebentar. Sambil aku mengisi pulsa, mulut pria itu nerocos terus, seakan kita sudah pernah kenal lama. Dia bahkan tiba-tiba bercerita soal yang bersifat pribadi. Misalnya, soal statusnya yang makin jomblo saja. “Yo wis ngene iki, sak iki lagi jomblo rekk,” katanya memakai bahasa Jawa Timuran.

Mas Is bahkan menganggapku masuk di komunitas Bulungan, yang sering menontonnya tampil bersama Gugun, gitaris blues, Enti, basis cabutan, yang terakhir ternyata sering diajak konser oleh Iskandar.

Dia bercerita antara lain, tinggal di daerah Rasamala 4 Tebet Dalam, tinggal di kos-kosan yang sumpek dan murah. “Enak sih,” katanya, “cuma kalau keluar pake ojeknya agak jauh.”

Mas Is, yang sangat fasih menyanyikan lagu-lagu Blues seantero jagat itu tiba-tiba bercerita, ia tinggal di kos-kosan seharga Rp 450 ribu per/bulan. Sudah gak kuat lagi kalau harus menyewa tempat yang mahal. Karena penghasilannya memang makin tidak bisa dipastikan. Kehidupannya nampak seperti semakin menyedihkan. Tanpa keluarga, entah tanpa apalagi dia. Tapi yang hebat, dia tetap sebagai musisi hebat. Konsistensinya yang hebat….

 

~ oleh cintauna pada Mei 16, 2008.

Tinggalkan komentar